Pendidikan dan pembinaan karakter bangsa
memiliki andil yang besar untuk memajukan peradaban bangsa agar menjadi
bangsa yang semakin terdepan dengan Sumber Daya Manusia yang berilmu,berwawasan
dan berkarakter. Pembentukan, pendidikan dan pembinaan karakter bangsa sangat
luas karena terkait dengan pengembangan multiaspek potensi–potensi
keunggulan bangsa dan bersifat. Dalam hal ini dapat juga disebutkan bahwa:
1. Karakter merupakan hal
sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan
menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa.
2.
Karakter berperan
kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing.
3.
Karakter harus dibangun
dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat.
Dalam hal pembinaan karakter bangsa akan
mengerucut pada tiga tujuan besar, yaitu
1. Untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri
bangsa.
2. Untuk menjaga keutuhan negara kesatuan republik
Indonesia, dan
3. Untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia
yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat.
Pembentukan, pendidikan dan pembinaan karakter
bangsa harus diaktualisasikan secara nyata untuk menjaga jati diri bangsa dan
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perlunya
pembangunan bangsa dan karakter yang oleh presiden RI pertama, Ir. Soekarno
ditemakan dengan national and character building telah secara konstitusional
dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945.Namun demikian, dalam perjalanannya, kita
masih mendapati beberapa permasalahan kebangsaan, baik permasalahan politik,
ekonomi, maupun sosial budaya yang memerlukan prioritas dan perhatian untuk
dipecahkan.
Dalam
refleksi tentang visi dan karanter bangsa, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah
mengidentifikasi empat permasalahan utama kebangsaan, sebagai berikut: Pertama,
memudarnya rasa dan ikatan kebangsaan yang ditandai oleh menguatnya
primordialisme (etnis/ kedaerahan, kelompok, dan keagamaan). Kedua, kehidupan
beragama masih dihadapkan pada paradoks antara maraknya semangat keagamaan dengan
kecenderungan sikap hidup permisif, materialistik, dan sekuler yang berlawanan
dengan nilai-nilai luhur agama.Keberagamaan belum sepenuhnya berfungsi sebagai
faktor integratif dalam mewujudkan kerukunan, kebersamaan, dan budaya anti
kekerasan dalam konfigurasi kemajemukan bangsa.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang di maksud
dengan karakter, karakter bangsa, pendidikan karakter dan pembinaan karakter
bangsa serta apa tujuannya?
2.
Apa saja yang menjadi
nilai-nilai dari karakter ?
3.
Strategi apa saja yang dilakukan
untuk mengembangkan karakter bangsa?
4.
Apa saja yang
mempengaruhi karakter bangsa?
5.
Bagaimana hasil karakter
yang diharapkan ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mendidik dan
membina serta mengembangkan karakter bangsa.
2.
Untuk memenuhi
salah satu tugas tulisan Pendidikan Kewarganegaraan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ellen G. White (Hidayatullah, 2011) menyatakan bahwa pembangunan
karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada
manusia.Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan
yang benar.Karenanya, menghubungkan pendidikan dengan pembangunan karakter
bangsa tidak dapat dilepaskan dari rumusan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional. Dalam Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada rumusan akhir tujuan
pendidikan nasional itu, terdapat konsep ”…menjadi warga negara yang
demokratis…” yang patut dipahami sebagai karakter warga negara ideal yang
dicita-citakan.
4
|
Secara
psikologis dan sosiokultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan
fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan
psikomotorik) dalam konteks interaksi sosiokultural (dalam keluarga, satuan
pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi
karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosiokultural tersebut
dapat dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu: olah hati (spiritual and emotional
development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik
(physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and
creativity development) (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).
Budimansyah
(2010) mengurai konfigurasi karakter tersebut yaitu olah hati berkenaan dengan
perasaan sikap dan keyakinan/keimanan menghasilkan karakter jujur dan
bertanggung jawab. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan
menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif menghasilkan
pribadi cerdas. Olah raga berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan,
manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas menghasilkan
sikap bersih, sehat, dan menarik. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan
dan kreativitas yang tercermin dalam kepedulian, citra, dan penciptaan kebaruan
menghasilkan kepedulian dan kreatifitas.
Berdasarkan
pengertian di atas, dalam konteks suatu bangsa, karakter bangsa dapat dimaknai
sebagai nilai-nilai keutamaan yang melekat pada setiap individu warga negara
dan kemudian mengejawantah sebagai personalitas dan identitas kolektif bangsa
(PP Muhammadiyah, 2009). Karakter bangsa dalam hal ini berfungsi sebagai
kekuatan mental dan etik yang mendorong suatu bangsa merealisasikan cita-cita
kebangsaannya dan menampilkan keunggulan-keunggulan komparatif, kompetitif, dan
dinamis di antara bangsa-bangsa lain. Karena itu, menurut rumusan tersebut,
manusia Indonesia yang berkarakter kuat adalah manusia yang memiliki
sifat-sifat religius, moderat, cerdas, dan mandiri. Inilah karakter demokratis
khas Indonesia yang perlu dibangun dalam program pembangunan karakter bangsa.
Karakter
demokratis khas indonsia di atas, dicirikan oleh beberapa karakteristik
berikut: Sifat religius dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian taat
beribadah, jujur, terpercaya, dermawan, saling tolong menolong, dan toleran.
Sifat moderat dicirikan oleh sikap hidup yang tidak radikal dan tercermin dalam
kepribadian yang tengahan antara individu dan sosial, berorientasi materi dan
ruhani, serta mampu hidup dan kerjasama dalam kemajemukan.Sifat cerdas
dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian yang rasional, cinta ilmu, terbuka,
dan berpikiran maju.Dan sikap mandiri dicirikan oleh sikap hidup dan
kepribadian merdeka, disiplin tinggi, hemat, menghargai waktu, ulet, wirausaha,
kerja keras, dan memiliki cinta kebangsaan yang tinggi tanpa kehilangan
orientasi nilai-nilai kemanusiaan universal dan hubungan antarperadaban bangsa-bangsa.
1. Karakter
a)
Ditjen Mandikdasmen
(Kementerian Pendidikan Nasional)
Karakter adalah cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama,baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan
tiap akibat dari keputusan yang ia buat
b)
Wyne
Mengungkapkan bahwa kata
karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark”
yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.Oleh sebab itu seseorang yang
berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang
berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong
dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia.Jadi istilah karakter erat
kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang. Karakter
adalah nilai-nilai yang menjadi ciri khas tiap individu dan diaplikasikan
dalam nilai-nilai kebaikan yang tercermin baik dalam bentuk tindakan maupun
tingkah laku. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang
mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi
kesulitan dan tantangan.
2.
Karakter Bangsa
Karakter bangsa
adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tecermin
dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah
dari raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia haruslah
berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan
prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3.
Pedidikan Karakter Bangsa
Pendidikan adalah usaha
sadar, terencana dan terstruktur untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Sedangkan karakter
merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun individu.Pendidikan
karakter bangsa adalah usaha sadar dan terencana dalam menanamkan nilai-nilai
yang menjadi pedoman dan jati diri bangsa sehingga terinternalisasi didalam
diri peserta didik yang mendorong dan mewujud dalam sikap dan perilaku yang
baik.
4.
Pembinaan Karakter
Bangsa
Pembinaan Karakter
Bangsa adalah upaya sistematik suatu negara berkebangsaan untuk mewujudkan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi,
konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan
nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila
dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.Pembinaan karakter bangsa dilakukan melalui
proses sosialisasi, pendidikan dan pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan
kerja sama seluruh komponen bangsa dan negara.
B.
Tujuan
1.
Pendidikan Karakter
Bangsa
Tujuan dari Pendidikan
Karakter Bangsa yaitu :
a) Untuk menanamkan dan
membentuk sifat atau karakter yang diperoleh dari cobaan, pengorbanan,
pengalaman hidup, serta nilai yang ditanamkan sehingga dapat membentuk nilai
intrinsik yang akan menjadi sikap dan perilaku peserta didik.
b) Nilai-nilai yang
ditanamkan berupa sikap dan tingkah laku tersebut diberikan secara
terus-menerus sehingga membentuk sebuah kebiasaan. Dan dari kebiasaan tersebut
akan menjadi karakter khusus bagi individu atau kelompok.
c) Pendidikan memegang
peranan yang sangat penting dalam perjalanan perilaku seseorang. Pendidikan yang
menekankan pada karakter lah yang mampu menjadikan seseorang mempunyai karakter
yang baik.
d)
Pendidikan tidak hanya
sekedar menghasilkan manusia-manusia yang cerdas, namun juga manusia-manusia
yang berkarakter baik.
e)
Pendidikan karakter
sangatlah penting untuk menjawab permasalahan bangsa saat ini. Karena
pendidikan karakter mampu memajukan peradaban bangsa agar bisa menjadi bangsa
yang semakin terdepan dengan SDM yang berilmu dan berkarakter.
Peran
pendidikan bagi kemajuan sebuah bangsa sangat penting, untuk itu perlu adanya
bimbingan dan binaan khusus bagi setiap individu atau kelompok untuk
mendapatkan pendidikan yang memadai.
2.
Pembinan Karakter Bangsa
Tujuan yang hendak
dicapai oleh bangsa Indonesia dalam malaksanakan pembinaan karakter bangsa
adalah:
a)
Meningkatkan dan
mengokohkan semangat religiositas bangsa.
b)
Menambah kokohnya Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
c)
Menjamin terlaksananya
pluralitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
d)
Memantapkan
wawasan, rasa dan semangat kebangsaan.
e)
Menjunjung tinggi hak
asasi manusia dan hukum.
f)
Mengembangkan
musyawarah untuk mencapai mufakat.
g)
Mengembangkan nilai dan
kompetensi karakter pribadi dan bangsa.
h)
Meningkatkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan hasil yang
hendak dicapai dalam pembinaan karakter bangsa adalah terciptanya masyarakat
yang bersikap dan bertingkah laku secara santun berdasar Pancasila.Diharapkan
agar perilaku warga negara baik dalam aspek politik, ekonomi, maupun sosial
budaya mengacu pada konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Secara rinci dapat digambarkan bahwa pembinaan karakter bangsa tersebut untuk
dapat menghasilkan warganegara yang memiliki:
a)
Keimanan dan ketaqwaan
yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama masing-masing, dan
dapat bersikap secara tepat dan baik dalam menghadapi pluralitas agama yang
terdapat di Indonesia.
b)
Sikap dan tingkah laku
yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, dengan mendudukan hak asasi manusia secara proporsional
sesuai dengan konsep dan prinsip yang terkandung dalam Pancasila.
c)
Semangat kebangsaan yang
tinggi, sehingga selalu menjunjung tinggi existensi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kepentingan pribadi dan golongan selalu diselaraskan dengan
kepentingan negara-bangsa.
d) Pengetahuan, sikap,
perilaku dan kemampuan dalam menerapkan demokrasi yang bersendi pada prinsip
dan nilai yang terkandung dalam Pancasila.
e)
Sikap, perilaku dan
kemampuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
f) Kesadaran untuk
mengembangkan nilai dan kompetensi universal karakter warganegara.
C.
Nilai – Nilai Karakter
1.
Religius
Sikap dan perilaku yang
patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
3.
Toleransi
Sikap dan tindakan yang
menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang
lain yang berbeda dari dirinya.
4.
Disiplin
Tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.
Kerja Keras
Tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6.
Kreatif
Berpikir dan melakukan
sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki.
7.
Mandiri
Sikap dan perilaku yang
tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.
Demokratis
Cara berfikir, bersikap,
dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir,
bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.
Cinta Tanah Air
Cara berpikir,
bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12.
Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.
Bersahabat / Komunikatif
Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14.
Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang bergunLa
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan
waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang
selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
D. Strategi Pengembangan Karakter Bangsa
Ada
3 pilar utama untuk mewujudkan Karakter Bangsa, yaitu:
1.
Aspek pada Tataran
Individu
Nilai kehidupan
diwujudkan dalam perilaku, diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari
secara konsisten. Pendidikan karakter bangsa dimulai dengan pendidikan
karakter individu.
2.
Aspek pada Tataran
Masyarakat
Masyarakat adalah
komunitas yang secara integral memiliki nilai yang sama, dan akan committed
menerapkan nilai yang mereka anggap baik. Komunitas bisa terbentuk
karena kepentingan, profesi atau tujuan bersama contohnya PGRI, PMR atau Partai
Politik.
3.
Aspek pada Tataran
Bangsa
Bangsa teridiri dari
sekumpulan bangsa, masyarakat.Pada komunitas, baik orang atau bangsa, terjadi
kontrak sosial atau perasaan kebersamaan untuk mendukung nilai-nilai luhur yang
ada.Pada tataran bangsa, nilai-nilai luhur tersebut telah berhasil dirumuskan
menjadi dasar negara Bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Nilai-nilai luhur
tersebut adalah:
a)
Iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa
b)
Martabat Kemanusiaan
c)
Persatuan
d)
Musyawarah
e)
Adil
1)
Pengembangan Karakter
Bangsa dengan Pendidikan
Pendidikan karakter bukan terletak pada materi
pembelajaran melainkan pada aktivitas yang melekat, mengiringi, dan
menyertainya (suasana yang mewarnai, tercermin dan melingkupi proses
pembelajaran pembiasaan sikap & perilaku yang baik). Proses
Terbentuknya Pendidikan Karakter:
a) Melalui pendidikan,
pengalaman, cobaan hidup, pengorbanan dan pengaruh lingkungan,kemudian
terinternalisasi nilai-nilai sehingga menjadi nilai intrinsik yang melandasi
sikap dan perilaku.
b) Sikap dan perilaku
tersebut dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
c)
Kebiasaan tersebut
dijaga dan dipelihara maka jadilah karakter.
Strategi yang diperlukan
dalam penerapan dan tahap pelaksanaan dari metode-metode yang diperlukan selama
proses pengintegrasian Pendidikan Karakter :
1.
Pendekatan Pendidikan
Karakter
Diperlukan beberapa
pendekatan agar pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik nantinya yang
diantaranya adalah:
a)
Keteladanan
b) Kegiatan
c) Penugasan (pendampingan)
d) Pembiasaan
e) Ko-kreasi (keterlibatan aktif siswa)
Ciri-cirinya
:
a)
Melibatkan secara aktif
kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua.
b) Hubungan subyek-subyek.
c) Belajar bersama.
d) Proses yang baik untuk menjamin hasil yang
baik.
2.
Strategi Implementasi
Pendidikan Karakter
Berikut
ini beberapa strategi yang diperlukan:
a)
Kegembiraan baru, bukan
beban baru.
b) Mulai dengan yang mudah, murah dan
mengembirakan.
c) Mulai dari diri sendiri.
d) Berbagi dan berbagi.
e) Apresiasi dan apresiasi.
3. Tahap
Pelaksanaan dilapangan
a)
Mencerahkan dan
menguatkan keyakinan.
b)
Mengembangkan gagasan
bersama-sama.
c)
Menyusun rencana
tindakan.
d) Implementasi rencana tindakan.
e) Mengamati perubahan .
4.
Metode-Metode yang
Mungkin Diperlukan:
Multi metode, terutama
yang menyentuh hati.Karena sesungguhnya pendidikan karakter adalah mengelola
hati.
5. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan :
a)
Berkelanjutan.
b) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri
(ekstra kurikuler), dan budaya sekolah.
c) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan.
d) Proses pendidikan melibatkan peserta didik
secara aktif dan menyenangkan.
2)
Pengembangan Karakter
Bangsa dengan Pembinaan
a)
Sosialisasi
Penyadaran semua
pemangku kepentingan akan pentingnya karakter bangsa. Media cetak dan
elektronik perlu berperanserta dalam sosialisasi.
b)
Pendidikan
Formal (satuan
pendidikan), nonformal (kegiatan keagamaan,kursus, pramuka dll.),
informal (keluarga, masyarakat, dan tempat kerja), forum pertemuan
(kepemudaan).
c)
Pemberdayaan
Memberdayakan semua
pemangku kepentingan (orang tua, satuan pendidikan, ormas, dsb.)Agar dapat
berperan aktif dalam pendidikan karakter.
d)
Pembudayaan
Perilaku berkarakter
dibina dan dikuatkan dengan penanaman nilai-nilai kehidupan agar menjadi
budaya.
e)
Kerjasama
Membangun kerjasama sinergis antara semua pemangku
kepentingan
E.
Faktor yang Mempengaruhi
Karakter Bangsa
1.
Lingkungan Global
Globalisasi dalam banyak
hal memiliki kesamaan dengan internasionalisasi yang dikaitkan dengan
berkurangnya peran dan batas-batas suatu negara yang disebabkan adanya
peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di
seluruh dunia melalui berbagai bentuk interaksi. Globalisasi juga dapat memacu
pertukaran arus manusia, barang, dan informasi tanpa batas.Hal itu dapat
menimbulkan dampak terhadap penyebarluasan pengaruh budaya dan nilai-nilai
termasuk ideologi dan agama dalam suatu bangsa yang sulit dikendalikan. Pada
gilirannya hal ini akan dapat mengancam jatidiri bangsa.
Berdasarkan indikasi
tersebut, globalisasi dapat membawa perubahan terhadap pola berpikir dan
bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia, terutama masyarakat kalangan
generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai dan budaya luar
yang tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia.Untuk itu,
diperlukan upaya dan strategi yang tepat dan sesuai agar masyarakat Indonesia
dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa serta generasi muda
tidak kehilangan kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
2.
Lingkungan Regional
Pada lingkungan
regional, pengaruh globalisasi juga membawa dampak terhadap terkikisnya budaya
lokal di zona negara-negara Asia Tenggara.Dampak tersebut berwujud adanya
ekspansi budaya dari negara-negara maju yang menguasai teknologi informasi.
Meskipun telah dilaksanakan upaya pencegahan melalui program kerja sama
kebudayaan, namun melalui teknologi infomasi yang dikembangkan, pengaruh negara
lain dapat saja masuk.
Perkembangan regional
Asia atau lebih khusus ASEAN dapat membawa perubahan terhadap pola berpikir dan
bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia.Untuk itu, diperlukan strategi yang
tepat dan sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai
budaya dan jati diri bangsa serta generasi muda tetap memiliki kepribadian
sebagai bangsa Indonesia.
3.
Lingkungan Nasional
Perkembangan politik di
dalam negeri dalam era reformasi telah menunjukkan arah terbentuknya demokrasi
yang baik.Selain itu telah direalisasikan adanya kebijakan desentralisasi
kewenangan melalui kebijakan otonomi daerah.Namun, sampai saat ini, pemahaman
dan implementasi konsep demokrasi dan otonomi serta pentingnya peran pemimpin
nasional masih belum memadai. Sifat kedaerahan yang kental dapat mengganggu
proses demokrasi dan bahkan mengganggu persatuan nasional.
Harus diakui bahwa
banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia sejak lebih dari enam puluh
tahun merdeka.Pembangunan fisik dimulai dari zaman orde lama, orde baru, orde
reformasi hingga pasca reformasi terasa sangat pesat, termasuk pembangunan
infrastruktur pendukung pembangunan yang mencapai tingkat kemajuan cukup
berarti.
Kemajuan di bidang fisik
harus diimbangi dengan pembangunan nonfisik, termasuk membina karakter dan jati
diri bangsa agar menjadi bangsa yang kukuh dan memiliki pendirian yang
teguh.Sejak zaman sebelum merdeka hingga zaman pasca reformasi saat ini
perhatian terhadap pendidikan dan pengembangan karakter terus mendapat
perhatian tinggi.Pada awal kemerdekaan pembangunan pendidikan menekankan
pentingnya jati diri bangsa sebagai salah satu tema pokok pembinaan karakter
dan pekerti bangsa.Pada zaman Orde Lama, Nation and Character Building merupakan
pembinaan karakter dan pekerti bangsa.Pada zaman Orde Baru, pembinaan karakter
bangsa dilakukan melalui mekanisme penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4).Pada zaman Reformasi, sejumlah elemen kemasyarakatan menaruh
perhatian terhadap pembinaan karakter bangsa yang diwujudkan dalam berbagai
bentuk kegiatan.
F. Revitalisasi Pembinaan Karakter Kebangsaan
Untuk meneruskan peran protagonis yang
berhasil dimainkan dengan indah oleh para pemuda pejuang di era kemerdekaan,
pemuda masa kini memiliki kewajiban moral untuki meneruskan tradisi positif ini
di era kemerdekaan. Kongkritnya, pemuda harus bisa menjadi tumpuan bagi
terciptanya kemakmuran, kemajuan, serta kemandirian Indonesia. Menjadi
dinamisator pembangunan agar bangsa Indonesia memiliki daya saing tinggi,
sehingga sejajar bahkan unggul dari bangsa-bangsa lain.
Ironisnya, kenyataan yang ada tidaklah demikian.
Para pemuda Indonesia saat ini seolah tidak berdaya menghadapi gempuran arus
globalisasi yang dihiasi ekspansi tradisi bangsa asing. Meskipun tidak ada
bukti empiris yang menunjukkan bahwa semua budaya asing memberikan dampak
negatif bagi generasi muda, namun jika kondisi ini terus dibiarkan, bukan tidak
mungkin bangsa Indonesia akan kehilangan jati dirinya, sehingga akan terjebak
dalam kolonialisme kontemporer, tergantung dan mudah dikendalikan bangsa
lain.
Kekhawatiran ini semakin membayang di depan
mata ketika melihat realitas pemuda masa kini yang pemahaman terhadap sejarah
dan nilai-nilai budaya nasinalnya menurun drastis. Mereka seakan lebih bangga
mengidentifikasi diri kepada bangsa lain yang lebih maju ilmu pengetahuan dan
teknologinya.
Supaya realitas memprihatinkan ini segera
berakhir, pemuda harus tampil di barisan terdepan dalam upaya menyelamatkan
bangsa Indonesia dari ancaman hilangnya identitas nasional. Inilah perjuangan
berat yang terhampar di depan mata dan menuntut komitmen utuh dari segenap
pemuda Indonesia. Agar perjuangan ini berhasil, setidaknya ada peran yang harus
dijalankan oleh para pemuda yaitu :
1)
Character
builder (Pembangun Karakter)
Tergerusnya
karakter positif—seperti ulet, pantang menyerah, jujur, dan kreatif—yang
dibarengi tumbuhnya karakter negatif seperti malas, koruptif, dan konsumtif di
kalangan masyarakat Indonesia, menuntut pemuda untuk meresponnya dengan cepat
dan cerdas. Mereka harus menjadi pioner yang memperlihatkan kesetiaan untuk
memegang teguh kearifan lokal seperti yang dicontohkan pemuda generasi
terdahulu.
2)
Caharacter
Enabler (Pemberdaya Karakter)
Pembangunan
karakter bangsa tentunya tidak cukup jika tidak dilakukan pemberdayaan yang
berkesinambungan. Oleh sebab itu, pemuda harus memiliki tekad untuk mejadi role
model dari pengembangan karakter bangsa yang positif.
3)
Character
engineer (Perekayasa Karakter)
Peran
ini menunut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran. Pasalnya,
pengembangan karakter positif bangsa menunut adanya modifikasi dan rekayasa
yang tepat sesuai dengan perkembangan zaman.
G. Karakter yang Diharapkan
Secara psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil
keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan
karsa.Olah hati berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan. Olah
pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan
secara kritis, kreatif, dan inovatif. Olah raga berkenaan dengan
proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru
disertai sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan
kreativitas yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan
kebaruan.Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada
masing-masing bagian tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut:
Karakter yang bersumber dari olah hati, antara
lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan,
bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela
berkorban, dan berjiwa patriotic.
Karakter yang bersumber
dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin
tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif.
Karakter yang bersumber
dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif, tangguh,
andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria,
dan gigih.
Karakter yang bersumber
dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong
royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit
(mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga
menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Negara Indonesia adalah
negara yang terdiri dari berbagai dan beragam suku dan bangsa, agama, budaya
dan bahasa.Jika kita sebagai warga negara dan generasi penerus bangsa ingin
mempertahankan Indonesia tetap sebagai NKRI yang utuh kita harus menjaga
persatuan dan kesatuan serta membudayakan dan menjaga kredibilitas karakter
bangsa dari arus globalisasi yang mendunia dan tanpa kenal batas.Mempertahankan
jati diri dan karakter bangsa merupakan cerminan sikap yang menjadi identitas
bangsa yang dapat melahirkan manusia-manusia yang berkarakter baik,
memajukan peradaban bangsa kita semakin terdepan dengan SDM yang berilmu dan
berkarakter.
Mengingat penting dan
luasnya cakupan pembinaan karakter bangsa dalam rangka menjaga identitas bangsa
dari kegoyahan arus globalisasi, serta menjadikan masyarakat berketuhanan yang
Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia,
berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka
diperlukan komitmen dan dukungan dari lembaga penyelenggara negara, dunia usaha
dan industri, masyarakat, media massa dan pemangku kepentingan lainnya untuk
menyusun program kerja dan mengkoordinasikan dengan pihak terkait agar
terjadi sinergi yang kokoh untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
17
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
http://bangka.tribunnews.com/2013/02/07/memajukan-peradaban-bangsa-dengan-pendidikan-karakter
Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi
Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing
dan Karakter Bangsa, oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan
Nasional, 2010
http://makalahcyber.blogspot.com/2013/01/contoh-makalah-kewarganegaraan.html
http://sosbud.kompasiana.com/2012/11/13/pemuda-dan-pembinaan-karakter-bangsa 502921.html#
http://www.pengertiandefinisi.com/2012/04/pengertian-karakter.html
http://juprimalino.blogspot.com/2012/04/definisi-pengertian-pendidikan-karakter.html
0 comments